Hai, perempuan banjar
Kau suruh aku hidup lagi, pun kubilang tak mampu
Kau tahu, menghidupkan sisi gelap tak semudah melepas pakaian
Kau tahu itu
Hai, perempuan banjar
Kau pandai merayu, pun aku pandai
menolak
Kau tahu, pertempuran hati tak semudah menghitung mundur
Kau tahu itu
Hai, perempuan banjar
Kau nekat bertaruh, pun kubilang jangan
Kau tahu, tidak ada yang bisa membaca masa depan
Kau tahu itu
Di Jawa, seorang bocah baru dianggap jadi orang jika mampu punya keris,
kuda, rumah, burung dan jodoh
Kau sadar banyak orang menyukaimu, pun kau bilang lebih suka bocah jawa
yang suram
Kau tahu segala kesuramanku saat pak ustad membabi buta di depan kita
Kau itu nekat
Bersama orang pasti terjamin hidup, namun kau pikir akan mati dalam
kehidupan
Kau tahu, bersamaku kau akan mati, namun kau pikir pasti hidup dalam
kehidupan
Kau tahu, kehilangan akal tak bagus saat memutuskan
Di Jawa, lingkungan bilang lanang menang milih-wadon menang nolak
Kau sadar bisa menolak, pun kau bilang jaman sekarang perempuan bisa
memilih
Kau tahu bahwa aku tak takut pada siapapun saat pak ustad membabi buta
di depan kita
Kau itu nekat
Hai, perempuan banjar
Kau tak takut merayu, pun aku takut dirayu
Kau tahu, aku takut pada sepotong bibir merahmu yang mungil pada paras
khas warisan moyangmu itu
Kau tahu itu
Hai, perempuan banjar
Kau berani, pun aku jadi terlihat bocah lanang malih wadon
Kau tahu, aku menang nolak-kau menang milih
Kau tahu itu
Bangsat, kurang ajar.
No comments:
Post a Comment